Rabu, 09 November 2011

Kisah Nyata, Anak Indonesia Sekolah meniti Tali Baja

Siapa sangka di sebuah kota yang  nggak jauh dari Ibukota negara, masih ada anak yang harus meniti tali baja untuk menyebrang sungai saat mereka hendak sekolah?

Banten, sebuah kota yang hanya sekitar 300 km jauhnya dari Jakarta, ternyata menyimpan cerita yang cukup menyedihkan. Banten yang memisahkan diri dari Jawa Barat pada tahun 2000 adalah salah satu kota yang kaya akan potensi lautnya. Laut di Provinsi Banten merupakan salah satu jalur laut strategis yang sering dilalui oleh kapal-kapal besar lintas negara. Bagaimana nggak, kapal dari Australia, Selandia Baru, Thailand, dan beberapa negara lainnya harus melintasi perairan di daerah ini jika ingin mengakses tempat lain.
Desa Cicaringin, salah satu desa yang masuk dalam kawasan Banten, ternyata menyimpan cerita sedih tersendiri. Di desa ini, semua anak yang bersekolah di SDN Cicaringin 3 harus bertaruh nyawa setiap mereka akan berangkat ke sekolah. Pasalnya, mereka harus meniti tali baja sepanjang 40 meter untuk menyebrangi sungai Ciliman karena memang tidak ada akses lain bagi mereka untuk bisa menyebrangi sungai tersebut.

Tak hanya itu, ternyata perjalanan sejauh 6 kilo pun harus mereka tempuh agar bisa sampai di sekolah. Jangan bayangkan mereka menggunakan angkot, ojek, atau sepeda untuk menempuhnya. Enam kilo meter jarak pergi-pulang sekolah ditempuh anak-anak Desa Cicaringin dengan berjalanan kaki. Jadi, nggak heran kalau mereka sudah meninggalkan rumah pagi-pagi buta.
Saat pergi dan pulang sekolah mereka harus meniti tali baja yang berfungsi sebagai penghubung sekolah dan rumah mereka, tanpa pengaman dan pelampung, sementara arus sungai deras siap menerkam mereka saat mereka lalai ketika meniti “jembatan”.
Prihatin atas kondisi seperti ini, muncullah sebuah gerakan #JembatanAnakBangsa di jejaring sosial twitter. Gerakan sosial yang diprakarsai oleh Rene Suhardono ini, bertujuan mengumpulkan dana untuk membantu membuatkan sarana jembatan yang sesungguhnya untuk warga Desa Cicaringin sehingga anak-anak di sana tidak harus bertaruh nyawa setiap mereka pergi dan pulang dari sekolah.
Buat kamu yang peduli dan tergerak dengan kegiatan sosial ini, kamu bisa mencari informasi lebih lanjut di twitter dengan menggunakan #JembatanAnakBangsa atau mungkin dengan mention Rene Suhardono dengan akun @ReneCC. Kabar terbaru, satu tim akan turun lapangan dalam minggu ini untuk melihat kondisi secara langsung. Dan sebuah akun bank pun telah dibuka untuk menampung uluran tangan orang-orang yang peduli pada nasib anak-anak Desa Cicaringin, Banten.
So, tunggu apalagi? Dukung gerakan #JembatanAnakBangsa!

Sumber by : SYARAHSMANDA SUGIARTOPUTRI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar