Rabu, 26 Oktober 2011

Cerita Orang Indonesia yang Melamar Kerja Pada GOOGLE

tulisan dibawah ini saya kutip dari blog http://www.andryo.com, tulisan ini menceritakan tentang perjalanan seorang Andryo yang melamar pekerjaan pada perusahaan terkemuka didunia yaitu "GOOGLE".

Tulisan ini saya posting pada blog saya, tanpa ada maksud dan tujuan yang jelek. Tujuan saya memPost tulisan ini, karena saya sangat kagum dengan perjalanan karir Andryo. Silahkan langsung saja baca tulisannya yuk!

" Telah 3 bulan lamanya saya kerja dan tinggal di Australia, tepatnya di Sydney, di salah satu perusahaan advertising terbesar di dunia. Saya bekerja sebagai Search Engine Optimization (SEO) Account Manager. Saya suka pekerjaan saya. Company-nya trendy, penuh dengan anak muda, pekerja-pekerjanya internasional, gaji yang diberikan lumayan OK. Sydney juga adalah sebuah kota yang sangat nyaman.
Tidak jelas juga mengapa malam itu saya iseng-iseng buka website lowongan kerja di Google, dan melihat lowongan kerja di Google Singapore, untuk posisi Digital Media Consultant. Langsung saya tulis cover letter, dan kirim CV saya. Selama ini, saya telah meng-apply kerja di Google sebanyak 4 kali dan belum pernah mendapatkan respon yang bagus. 2 kali saya melamar untuk Google UK di London, 1 kali untuk tim YouTube UK di London, dan 1 kali untuk Google Asia Pacific di Singapore.
Mohon maaf, saya tidak bisa membeberkan pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan dalam kelima wawancara saya dengan Google, karena terikat dengan perjanjian NDA (non-disclosure agreement).

Wawancara dengan Recruiter Google Singapore

Sebulan kemudian saya menerima email dari recruiter Google Singapore. Recruiter ini orang Perancis, beliau sangat ramah. Dia menanyakan beberapa hal di emailnya (saya copy-paste):
  • Are you currently in employment?
  • What is your notice period/availability to start?
  • What are your salary expectations (very approximate range)?
  • What were your overall grades in your degrees,respectively?
  • What were the reasons for leaving your 3 most recent roles on your CV?
  • Your top achievement in your career to date – can you please send a bullet on that?
  • Would you require Google to sponsor a visa on your behalf?
  • Why are you interested by this position?
  • What would your availability be like to take a 20-30 minute telephone interview if we were to proceed, and what would be the best phone number to reach you?
Malam itu juga saya balas emailnya. Dan keesokan harinya, recruiter ini menelfon saya untuk wawancara. Dia menanyakan beberapa hal umum seperti tujuan karir, pengalaman, dan beberapa hal strategis dan teknis dalam hal online marketing.
Saya sempat menanyakan tentang proses recruitment, berapa lama prosesnya, dan adakah on-site interview dimana saya harus mendatangi kantor Google Singapore? Dia bilang umumnya proses akan memakan waktu 1 bulan lebih, karena kira-kira untuk posisi saya ini akan diadakan 4 sampai 5 wawancara. Dan 2 wawancara harus dilakukan on-site, dimana saya harus datang ke Google Australia di Sydney untuk melakukan video conference dengan Google Singapore. Terlalu mahal untuk membeli tiket Sydney-Singapore pulang-pergi demi dua wawancara. Setelah itu, hiring committee di Google Amerika yang pada akhirnya akan memberikan approval. Proses yang sangat rumit, saya pikir.
Ia juga meminta saya untuk mengirimkan transkrip nilai kuliah Master saya di Inggris via email. Esoknya langsung saya kirim. Lucunya, tidak ada kabar lagi dari dia. Memang sih nilai saya tidak bagus-bagus amat. Tapi saya juga sempat memberi tahukan kepadanya bahwa separuh kelas saya tidak lulus di kelas Master saya. Kampus saya memiliki standar yang cukup tinggi.

Wawancara Kedua – Account Manager – South-East Asia Market

Beberapa hari setelah itu, dia menelfon saya kembali, dan meminta maaf karena tidak membalas dua email saya. Namun dia memberi tahu bahwa feedback wawancara dengannya positif, dan ingin men-schedule wawancara dengan tim Google South-East Asia. Cukup mendadak, wawancara akan dilakukan keesokan harinya.
Saya langsung belajar tentang Google dan produk-produk yang ditawarkan, kompetitor Google, online marketing campaign, bagaimana cara meningkatkan performance, PPC quality score, mengurangi spend, dll. Saya buka kembali data-data wawancara saya, dan semua jawaban yang telah saya siapkan untuk pertanyaan-pertanyaan yang mungkin muncul.
Wawancara ini dilakukan dengan salah satu Account Manager di South-East Asian market, lagi-lagi seorang asal Perancis. Saya luangkan waktu untuk membuka profile Linkedin dan Twitter-nya. Dia telah bekerja di Google selama 4 tahun, 1 tahun di Eropa, 3 tahun di Singapore. Orangnya sangat ramah, dan sangat terstruktur dari cara bicaranya. Sebelum memulai wawancara, dia menceritakan tentang dirinya, dan sedikit tentang Google di Singapore.
Dia menanyakan cukup banyak hal. Dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan umum seperti career goal, pengalaman kerja di London dan Sydney, kendala-kendala yang sekarang dihadapi, prestasi yang pernah saya raih di kantor, sekolah, dan ekstra kurikuler. Lalu tentang internet di Indonesia, dan strategi-strategi yang akan saya ambil untuk memajukan Google. Beberapa pertanyaan teknis tentang Adwords dan Analytics juga ditanyakan. Secara umum, beliau berkata puas dengan jawaban-jawaban saya.
Keesokan harinya, sang recruiter menelfon saya lagi dan memberi tahu bahwa feedback interview-nya positif. Ia meminta saya untuk cuti hari Senin, untuk datang ke kantor Google Australia di Sydney dan melakukan video conference untuk 3 wawancara sekaligus dalam 1 hari. Namun saya menolaknya, karena kami sedang sibuk-sibuknya.
Akhirnya kami sepakat untuk melakukan wawancara via telfon lagi. Wawancara akan dilakukan oleh team leader untuk pasar Indonesia. Praktis Sabtu dan Minggu saya batalkan semua rencana saya, dan putuskan untuk belajar tentang pasar Indonesia. Lucunya, saya mengerti tentang seluk beluk pasar Internet di Inggris, Eropa, dan Australia, namun masih sangat buta dengan keadaan internet di negara saya sendiri.

Wawancara Ketiga – Team Leader Google Indonesia

Wawancara ini dilakukan dalam dua bahasa, Inggris dan Indonesia. Terus terang saya agak takut juga, karena terakhir saya melakukan wawancara kerja dalam bahasa Indonesia, atau pun berbicara dalam bahasa Indonesia untuk urusan formal, sudah sekitar 4 tahun yang lalu.
Beliau banyak menanyakan hal-hal tentang strategi dan marketing, pertanyaan yang memang tidak mempunyai jawaban tepat. Semua tergantung kreatifitas dan pengetahuan. Untuk hal-hal teknis, saya telah belajar mendalam tentang pasar di Indonesia, siapa saja kompetitor Google, juga tentang Adwords, PPC, Display, Adsense, Doubleclick, Quality Score, dan Remarketing.
Di meja, saya letakkan sekitar 20 lembar data-data tentang Google, statistik pasar, riset-riset internet, dll. Namun ternyata, sedikit sekali dari topik-topik ini yang ditanyakan. Beliau malah menanyakan hal-hal yang kebanyakan memang tidak ada jawabannya (maaf saya tidak bisa memberikan contohnya secara detail).
Saya mendengar beliau mengetik jawaban-jawaban saya di komputernya. Respon beliau tidak bisa saya baca. Saya tidak bisa menangkap apakah saya menjawab pertanyaan dengan memuaskan, apakah beliau senang mendengar jawaban-jawaban saya, ataukah kecewa. Setiap saya menjawab sesuatu, dia menanyakan “ada lagi?”, “mau ditambahkan?”, “baiklah, pertanyaan berikutnya.” Saya pikir, dingin sekali responnya. Praktis saya langsung kecewa malam itu. Saya rasa saya telah gagal total, terutama dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang agak abstrak jawabannya.
Keesokan harinya, si recruiter Perancis menelfon saya lagi. Ia berkata wawancara saya berjalan sangat baik, team leader itu menyukai saya dan merasa puas dengan pengetahuan saya akan online marketing. “Oh ya? Wow!!!” Saya tidak menyangkanya. Langsung beliau meminta saya cuti secepatnya untuk datang ke kantor Google Australia di Sydney, dan melakukan 2 on-site interview sekaligus, melalui video conference dengan Google Asia Pacific di Singapore.
Beliau mengirimkan sebuah email untuk mempersiapkan saya untuk kedua wawancara ini. Beliau berkata, pe-wawancara pertama bukanlah anggota dari tim yang sama. Beliau dari tim regional. Orang ini akan menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang lebih “abstrak” lagi.
Silahkan lihat contoh pertanyaan-pertanyaan abstrak yang ditanyakan dalam wawancara kerja di Google.

Wawancara ke-empat dan kelima – Google Australia di Sydney

Telah beberapa hari saya belajar gila-gilaan. Badan terasa lelah, mata perih dan kesat, ngantuk total. Yang membuat sulit adalah saya melakukan semua ini sambil bekerja. Pekerjaan saya pun lagi sibuk-sibuknya. Saya me-manage 4 account client yang kantornya tersebar di Sydney, Melbourne, dan Auckland (New Zealand).
Hari itu saya cuti. Saya sengaja bangun agak siang, big breakfast, sedikit membaca-baca. Saya datang cepat ke city, makan siang sushi, lalu ke daerah Pyrmont (lokasi Google Australia) untuk mencari sebuah kafe dekat kantor Google. Saya belajar lagi selama 1-2 jam di sana.
Kantor Google Australia rupanya sedang di-renovasi sedikit, namun tetap yahud. Kantornya berada di gedung yang sama dengan Accenture (perusahaan konsultasi management dan teknologi). Seperti kantor Google UK di London, di sana tersedia kafetaria, beberapa snack points – kulkas minuman soda jus dll. Terlihat beberapa karyawan sedang bermain fussball, banyak orang mondar-mandir dengan laptopnya, ada yang lagi duduk-duduk, dll.
Saya datang agak terlalu cepat dan sempat mengobrol sedikit dengan resepsionis dan HR-nya. Saya sign-in dan menanda-tangani perjanjian NDA / Non Disclosure Agreement untuk tidak membocorkan informasi apapun, di sebuah layar touch screen.
Setelah itu wawancara pun dimulai. Pe-wawancara pertama berasal dari Australia (kalau menilai dari logatnya), dan pe-wawancara kedua adalah orang Irlandia. Cukup sulit pertanyaan-pertanyaan yang ditanyakan (lagi-lagi maaf, saya tidak bisa memberikan contoh spesifik pertanyaannya). Kebanyakan pertanyaannya bukan tentang hal-hal yang bisa dipelajari, tapi lebih ingin melihat seberapa kreatifnya saya. Untungnya saya datang dengan berbekal banyak persiapan. Saya rasa saya menjawab dengan cukup baik.
Kedua wawancara berjalan selama satu setengah jam lebih. Pe-wawancara pertama berkata bahwa saya melakukannya dengan sangat baik. Namun respon pe-wawancara kedua agak kurang bisa saya tangkap. Setelah selesai, saya email si recruiter Perancis untuk laporan, dan menanyakan apa langkah berikutnya.

Hasil Lima Wawancara dan Langkah Berikutnya – Hiring Committee Google US

Beberapa hari terlewati tanpa ada kabar. Setelah itu sang rekruter pun menelfon. Kabar gembira katanya, semua pe-wawancara merasa senang dengan profile saya dan proses wawancaranya. Mereka setuju untuk menuju langkah selanjutnya. Saya pikir gila, parah juga… Sudah 5 wawancara masih ada langkah selanjutnya.
Ternyata 5 wawancara itu baru hanya setengah jalan. Mereka harus mengirimkan profile saya ke Google di Amerika, untuk dinilai oleh hiring committee. Bayangkan… orang-orang yang belum pernah bertemu dengan saya (yang hanya menilai saya dari kertas), merekalah yang akan memutuskan nasib hidup saya ke depannya.
Jika saya membaca blog-blog di luar sana, Google hanya menerima orang dengan indeks prestasi / IP / GPA minimum 3.6 jika berasal dari universitas umum, atau 3.2 jika berasal dari universitas top / Ivy League. Nilai undergraduate saya kebetulan hanya 2.94. Tapi saya mempunyai alasan yang sangat baik untuk hal ini, karena setengah dari masa kuliah saya, saya habiskan di lapangan baseball. Kebetulan saya dulu pemain nasional baseball. Jadi praktis saya hanya hadir di setengah kuliah saya, sisanya cuti untuk pelatnas dan pelatda.
Sementara nilai master saya juga hanya sedikit di atas rata-rata. Di Inggris, nilai untuk undergraduate dibagi 4: lulus terbaik (first), dibawahnya ada 2.1, 2.2, atau gagal. Untuk master, hanya ada Distinction, Commendation, Pass, dan Fail. Saya mendapat Commendation. Saya juga jelaskan pada rekruter itu, bahwa setengah orang-orang dari kelas saya tidak lulus sama sekali.
Seribu pertanyaan dilontarkan oleh rekruter itu untuk melengkapi profile saya, untuk dikirimkan ke Google US. Dia meminta saya meng-update CV saya kembali, ceritakan pengalaman saya memimpin sebuah project di lingkungan kerja, di luar kerja, di masa studi, bukti kreatifitas saya, prestasi selama hidup, dan semua harus diberikan fakta secara detail. Jadi misalnya saya bilang saya membantu perusahaan saya mencapai target penjualan, saya harus menulis apa peran saya, berapa pemasukan yang saya bawa untuk perusahaan, dll. Namun karena saya bukan di bidang sales / marketing / penjualan, saya harus masukkan bukti lain yang ada tolak ukurnya. Untuk hal ini, ranking website di Google, traffic yang saya bawa, atau revenue dan conversion dari website client-client saya. Luar biasa saya pikir. Dan yang paling saya takutkan adalah urusan nilai-nilai saya semasa kuliah.
Mereka juga meminta referensi profesional dan akademik. Langsung malam itu juga saya telfon rekan-rekan kerja saya di London dan profesor saya di kampus. Mereka cukup kaget mendengar suara saya. Untungnya mereka bilang siap membantu.

Hasil Akhir

Setelah tiga minggu, akhirnya saya mendengar jawaban akhir dari Hiring Committee Google di Amerika. Namun sayangnya, ini bukanlah kabar yang baik. Menurut mereka, profil saya menarik, mempunyai pengalaman yang cukup di bidang digital media dan online marketing, cocok untuk suasana perusahaan Google. Namun berhubung saya baru mulai bekerja di perusahaan saya yang sekarang hanya 3 bulan yang lalu, mereka merasa kurang teryakinkan dengan hal ini.
Jujur saya sangat kecewa mendengar hasil ini. Telah sebulan lebih saya belajar mati-matian, cuti dari kantor, membatalkan banyak rencana saya di weekend untuk bersosialisasi demi belajar. Dream almost came true.. but not quite..
Saya harus tetap berusaha mencari sisi positif dari pengalaman ini. Untuk menghibur perasaan saya yang “hancur”, tepat di hari yang sama saya membeli kamera DSLR, lensa, dan segala aksesorisnya; Lalu membuat rencana travel liburan selanjutnya.
Siapapun yang menggantikan saya menjadi kandidat pekerjaan ini, semoga berhasil. Semoga blog ini bisa membantu anda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar